
Editorial:
Dalam panggung politik Indonesia, strategi dan permainan antar partai seringkali mencuat ke permukaan dengan berbagai intrik yang mengiringinya. Salah satu isu yang menarik perhatian belakangan ini adalah spekulasi tentang operasi gelap dan senyap yang dilakukan oleh Genk Oslo Jokowi untuk menculik kader-kader Partai NasDem dan memindahkannya ke Partai PSI. Dampak dari skenario ini diprediksi akan menggerus basis elektoral NasDem menjelang Pemilu 2029, menyulitkan partai tersebut untuk bertahan di 5 besar apabila basis elektoralnya terus terkikis.
Menarik untuk diamati, pada Pemilu 2024 yang lalu, NasDem berhasil bertahan dan tetap berada di 5 besar, bahkan menduduki pimpinan DPR RI. Keberhasilan ini sebagian besar dipengaruhi oleh efek ekor jas dari capres Anies Baswedan. Tanpa dukungan tersebut, NasDem tentu saja sudah terlempar dari jajaran partai besar.
Dalam kondisi politik terkini, di mana Genk Oslo Jokowi tampak aktif membesarkan PSI, NasDem terpaksa harus kembali mengandalkan Anies untuk menjadi Ster dan Kuda Pacu penting dalam strategi politiknya. Anies cukup mampu menjadi bandul dan katrol elektoral NasDem agar tetap stabil, serta melawan laju operasi elektoral yang digalakkan oleh Jokowi. Hanya Anies yang mampu melakukan hal ini dengan efektif.
Kolaborasi antara NasDem dan Anies mampu mempertahankan basis elektoral NasDem dari serbuan Genk Oslo Jokowi. Dengan soliditas antara kolam NasDem dan basis pendukung Anies, suara simpatisan NasDem tetap teguh dan tak tergerus oleh manuver politik Jokowi. Maka, strategi politik NasDem kedepan nampaknya akan sangat bergantung pada kemampuan Anies dalam mengimbangi kekuatan politik Jokowi yang Mulai Muncul Lagi dengan Trik triknya.