Sebuah pemandangan luar biasa terhampar di sepanjang Gorontalo Outer Ring Road (GORR). Lahan yang biasanya hanya ditumbuhi semak, kini mulai diolah menjadi kanvas hijau bagi komoditas unggulan daerah itu: jagung. Pada Kamis (11/9/2025), di Desa Talumelito, sebuah langkah simbolis sekaligus strategis dilakukan. Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Kapolda Gorontalo Irjen Pol. Widodo bersama-sama mencangkul tanah, menanam benih jagung di atas lahan dua hektar yang sengaja disiapkan.
Aksi ini bukan sekadar seremoni. Seperti diungkapkan Gubernur Gusnar, GORR dipilih sebagai titik awal Musim Tanam karena fungsinya sebagai “etalase” utama provinsi tersebut. “Kita ingin memberikan kesan bahwa benar-benar Provinsi ini adalah Provinsi jagung,” tegasnya. Dalam perspektif pertanian modern, langkah ini adalah sebuah branding lanskap yang cerdas. Setiap pengunjung yang masuk ke Gorontalo akan disambut oleh hamparan tanaman jagung, sebuah pernyataan visual yang lebih powerful dari sekadar slogan di baliho.
Namun, di balik strategi pencitraan itu, tersimpan tujuan yang lebih dalam: memotivasi masyarakat. Inisiatif pemerintah dan Polda ini ingin menunjukkan bahwa setiap jengkal tanah, bahkan di pinggir jalan sekalipun, memiliki nilai ekonomi jika diolah dengan serius. Momentum ini semakin diperkuat dengan instruksi Presiden mengenai peningkatan harga dasar jagung dan keterlibatan Polri dalam mendukung petani. Sinergi ini menciptakan ekosistem yang mendukung, dari tingkat kebijakan nasional hingga aksi nyata di lapangan.
Komitmen itu tidak berhenti pada simbol. Dalam acara tersebut, diserahkan bantuan benih jagung hibrida NK212 senilai Rp115,5 juta untuk 132 petani, yang akan ditanam di lahan seluas 126 hektare di lima kecamatan. Selain itu, benih padi varietas Mekongga juga disalurkan untuk mendukung diversifikasi pangan. Angka-angka ini menjadi bukti bahwa program ini memiliki fondasi yang konkret, tidak hanya mengandalkan retorika.
Namun, Gusnar juga menyadari bahwa membangun etalase pertanian membutuhkan tanggung jawab bersama. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak menjadikan kawasan hijau ini sebagai tempat pembuangan sampah. “Saya ingatkan dengan hormat, sampah-sampah jangan taruh di pinggir jalan… lebih bagus taruh di pinggir rumah masing-masing,” pinta Gusnar. Imbauan ini menekankan bahwa keindahan lanskap pertanian adalah tanggung jawab kolektif, dan kebersihan lingkungan adalah bagian dari budaya bercocok tanam yang berkelanjutan.
Pada akhirnya, penanaman di GORR ini adalah sebuah metafora yang hidup. Ia adalah tentang menanam bukan hanya benih jagung, tetapi juga benih kesadaran, kebanggaan, dan semangat bertani yang baru. Program ini menjadikan pertanian tidak lagi sebagai aktivitas yang tersembunyi di pedesaan, tetapi sebagai identitas yang ditampilkan dengan bangka di pintu gerbang provinsi. Dari “etalase” inilah, Gorontalo bertekad untuk menulis babak baru sebagai lumbung pangan nasional, dimulai dari setiap biji yang ditanam di tepi jalan.