Di Aula Rumah Jabatan Gubernur, Minggu (5/10/2025), sebuah ritus penyambungan kembali tali alumni berlangsung khidmat. Gubernur Gusnar Ismail bukan hanya sekadar mengukuhkan Pengurus Ikatan Keluarga Alumni Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Gorontalo (IKA HPMIG) Makassar periode 2025-2030, tetapi juga menitipkan sebuah amanat yang relevan dengan zamannya: menjadikan ikatan ini sebagai penangkal polarisasi di era yang kian tercerai-berai oleh deru teknologi informasi.
Di bawah kepemimpinan Danial Ibrahim, organisasi yang menghimpun diaspora intelektual Gorontalo di Makassar ini dipanggil untuk peran yang lebih besar. “Hadirnya IKA HPMIG Makassar harus bisa mempererat kekeluargaan dan persatuan,” seru Gusnar. Kata-katanya itu bukanlah retorika kosong, melainkan sebuah respons cerdas terhadap fenomena masyarakat digital yang gampang terbelah. Dalam visi Gusnar, organisasi kemasyarakatan semacam ini harus menjadi oase persaudaraan yang mampu membangun kebersamaan dan menjadi jembatan kemitraan yang konstruktif.
Yang menarik perhatian Gusnar adalah struktur kepengurusan yang terdiri dari 15 bidang. Sebuah formasi yang terbilang besar, yang di mata gubernur justru mengandung potensi sekaligus tantangan. “Hikmahnya adalah yang banyak begini di awal, diusahakan di tengah-tengah periode tetap banyak, dan hingga akhir kepengurusan tetap solid dan kompak,” ujarnya. Sebuah harapan yang menyiratkan kekhawatiran lazim tentang konsistensi semangat pengurus organisasi—bahwa yang terpenting bukanlah euforia awal, tetapi ketahanan solidaritas hingga garis akhir.
Kelima poin kebijakan yang diutarakan Danial Ibrahim—mulai dari penguatan konsolidasi, sinergi dengan pemda, pemberdayaan SDM alumni, kontribusi pembangunan, hingga modernisasi organisasi—menjadi penanda bahwa IKA HPMIG Makassar tidak ingin sekadar menjadi arisan nostalgia. “Kami bertekad menjadikan IKA HPMIG Makassar sebagai mitra strategis pemerintah,” tegas Danial, sebuah komitmen yang sejalan dengan harapan Gusnar.