Halaman rumah jabatan Gubernur Gorontalo pada Rabu (1/10/2025) sore itu tidak lagi sekadar ruang fisik. Ia bertransformasi menjadi sebuah ruang spiritual yang khusyuk, di mana gema sholawat, zikir, dan tabuhan rebana qasidah dari Majelis Arbain An-Nabawiyah menyatu dengan napas dan harapan ratusan orang yang hadir. Dalam acara bertajuk Gorontalo Bershalawat yang menutup rangkaian majelis Arbain An-Nawahiyah inilah, Gubernur Gusnar Ismail menyampaikan visinya yang terdengar seperti sebuah kidung panjang: menjadikan Gorontalo sebagai “Serambi Madinah” di Indonesia.
Visi itu bukanlah retorika kosong yang menguap bersama angin. Gusnar, dengan bahasa yang lembut namun penuh keyakinan, menjabarkannya dalam tindakan-tindakan nyata yang bersumber dari sunnah Nabi Muhammad SAW. Ia bercerita tentang rutinitas pemerintahannya yang sarat makna: blusukan ke masjid setiap Jumat untuk menjalin komunikasi, dan buka puasa bersama di hari Senin dan Kamis. Bagi Gusnar, puasa sunnah bukan sekadar ibadah individual, melainkan ritual komunitas yang dapat merekatkan sosial.
“Saya mengajak kita semua agar semua masjid di Provinsi Gorontalo ini dapat menyelenggarakan buka puasa sunnah hari Senin dan Kamis,” ajaknya, “agar secara sadar, langsung maupun tidak langsung, kita bisa mewujudkan Provinsi ini sebagai serambi Madinah.”
Namun, jalan menuju “Serambi Madinah” tidak hanya dibangun dengan sholawat dan puasa. Gusnar lantas menyentuh persoalan yang seringkali dianggap sepele, namun justru menjadi fondasi: kebersihan. Dengan nada yang reflektif, ia mengajak jamaah merenung. “Bagaimana mungkin kita berbicara panjang lebar ketika toilet dan tempat wudhu masjid kurang bersih?” tanyanya. “Persoalan kecil tapi itu merupakan nilai yang tinggi.”
Pernyataan itu bagai menyentuh akar dari sebuah cita-cita besar. Sebab, “An-Nadhafatu minal iman” – kebersihan adalah sebagian dari iman – bukan sekadar slogan. Ia adalah praktik pertama yang harus tertanam sebelum membangun peradaban. Dengan menekankan kebersihan tempat wudhu dan toilet masjid, Gusnar seolah ingin mengatakan bahwa kemuliaan Gorontalo dimulai dari hal yang paling dasar dan konkret: merawat rumah ibadah sebagai jantung komunitas.
Acara yang diisi oleh lantunan penuh hikmah dari Habib Abdurrohman Al-Jufri, Habib Syukri Alhasni, dan Syaikh Husain Al-Bayummi Al-Husaini, serta tausiyah bertema cinta Nabi oleh Ustadz Abdurrahman Abubakar Bahmid, menjadi penutup yang sempurna bagi sebuah rangkaian ibadah. Kehadiran Wakil Gubernur Idah Syahidah Rusli Habibie dan jajaran pemprov menegaskan bahwa semangat ini bukan hanya milik gubernur, melainkan komitmen kolektif.