Editorial:
Dalam dinamika demokrasi Gorontalo, hubungan antara politisi dan rakyat seringkali diwarnai oleh paradoks. Di satu sisi, rakyat mengharapkan pembelaan nyata, sementara di sisi lain, banyak politisi hanya hadir sebagai “pemburu suara” musiman. Namun, dalam konteks Gorontalo, sosok Mikson Yapanto membuktikan bahwa politik dapat dikembalikan pada khittahnya: sebagai pengabdian. Terpilihnya Mikson dengan suara terbanyak di dapilnya pada Pileg 2024 bukanlah fenomena kebetulan, melainkan konsekuensi logis dari konsistensinya membela kepentingan rakyat.
Dari Generasi Awal Menuju Gorontalo Modern
Sebagai anggota DPRD Provinsi generasi awal ketika Provinsi Gorontalo pertama kali berdiri, Mikson Yapanto telah menjadi saksi sekaligus pelaku sejarah. Masa-masa awal pembentukan provinsi ini adalah periode yang penuh tantangan, dimana fondasi pemerintahan, pembangunan, dan identitas kebudayaan harus dibangun dari nol. Pada era pionir inilah Mikson dan rekan-rekan seangkatannya menanam benih-benih perjuangan yang sekarang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Gorontalo.Mikson. Yapanto kini sudah Berumur memasuki 60 Tahun,Oria Tua yang selalu Berpikir tentang Rakyat Gorontalo.
Kenyataan bahwa Mikson tetap dipercaya rakyat hingga kini—bahkan dengan dukungan yang semakin kuat—menunjukkan bahwa masyarakat tidak buta terhadap sejarah. Mereka yang sekarang menikmati infrastruktur yang memadai, layanan publik yang lebih baik, dan kemajuan pembangunan di berbagai sektor, seharusnya menyadari bahwa semua ini berawal dari perjuangan generasi perintis seperti Mikson.
Politik Ingatan vs Politik Pembalasan
Yang patut disayangkan adalah kecenderungan sebagian pihak untuk melupakan jasa-jasa pendahulu. Alih-alih berterima kasih kepada generasi awal yang telah meletakkan dasar pembangunan, justru muncul upaya-upaya untuk mempersekusi mereka yang dahulu berjasa. Ini adalah bentuk politik ingatan yang selektif—hanya mengingat kekurangan tanpa mau mengakui kontribusi.
Mikson Yapanto justru menjadi pengecualian dalam narasi ini. Keberpihakan yang konsisten terhadap rakyat telah menjadi modal politiknya yang tak ternilai. Rakyat mayoritas di dapilnya memilihnya bukan karena janji kosong, tetapi karena mereka menyaksikan langsung komitmen Mikson dari masa ke masa. Dalam perspektif ini, suara terbanyak yang diraih Mikson adalah bentuk “penghargaan publik” atas dedikasinya yang tak kenal lelah.
Refleksi untuk Masa Depan
Kisah Mikson Yapanto mengajarkan dua pelajaran berharga. Pertama, bahwa dalam politik yang sehat, pengabdian sejati akan diakui oleh rakyat. Kedua, bahwa sudah selayaknya generasi sekarang menghargai perjuangan generasi pendiri, bukannya mempersekusi mereka.
Provinsi Gorontalo yang semakin maju seperti sekarang ini adalah buah dari kerja keras generasi awal. Alih-alih menyalahkan mereka untuk setiap ketidaksempurnaan, lebih produktif jika kita melanjutkan estafet pembangunan dengan semangat yang sama. Mikson Yapanto telah menunjukkan bagaimana menjadi politisi sejati—bukan dengan kata-kata indah, tetapi dengan kerja nyata yang membumi.
mari kita renungkan: andai Mikson Yapanto tidak membela rakyat, mustahil dia terpilih dengan suara terbanyak. Andai generasi awal seperti Mikson tidak berjuang, mungkin Gorontalo masih jauh dari kemajuan seperti sekarang. Sudah saatnya kita mengganti politik persekusi dengan politik apresiasi, karena hanya dengan mengenang jasa pendahulu, kita dapat membangun masa depan dengan fondasi yang kuat.