Sebuah pertemuan di rumah jabatan Gubernur pada Kamis (2/10/2025) sore mengisyaratkan sebuah tekad baru untuk masa depan pendidikan Gorontalo. Gubernur Gusnar Ismail tidak sekadar menerima audiensi rutin. Di ruang itu, ia menyimak dengan serius paparan dari Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Gorontalo, Rudi Syaifullah, seolah-olah mereka sedang mempelajari peta navigasi untuk mengarungi tantangan pendidikan yang kompleks.
Pusat pembicaraan mereka adalah “Rapor Pendidikan”—bukan sekadar dokumen statis, melainkan cermin jujur yang memantulkan wajah satuan pendidikan di Gorontalo. Data dari asesmen dan survei nasional itu dihadirkan bukan untuk dicatat, tetapi untuk ditindaklanjuti. “Pak Gubernur menaruh perhatian serius… beliau bahkan akan menindaklanjutinya,” tegas Rudi, mengisyaratkan bahwa rapor ini akan menjadi kompas kebijakan, bukan arsip yang berdebu.
Pertemuan itu pun merambah ke program-program prioritas yang beraroma masa depan: revitalisasi sekolah dan digitalisasi pembelajaran. Gagasan tentang Interactive Flat Panel (IFP) yang akan membanjiri ruang kelas bukan sekadar soal mengejar ketertinggalan teknologi. Ini adalah sebuah visi untuk mentransformasi paradigma pembelajaran—dari yang konvensional menuju interaktif, dari yang pasif menjadi partisipatif.
Di tengah optimisme itu, ada satu data yang menghentak seperti alarm: 26.000 anak tidak sekolah. Angka itu bukanlah statistik biasa; ia adalah potret pilu yang memanggil untuk direspons. Setiap angka di baliknya adalah seorang anak yang terputus dari masa depannya, sebuah potensi yang tertahan. Kenyataan ini menjadi batu ujian sejati bagi seluruh program yang dirancang. Teknologi tercanggih dan sekolah yang direvitalisasi akan kehilangan maknanya jika pintunya tertutup bagi puluhan ribu anak ini.
Namun, di tengah tantangan berat itu, ada secercah cahaya. Apresiasi Rudi terhadap kesuksesan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) Gorontalo membuktikan bahwa fondasi untuk sebuah sistem pendidikan yang terkelola dan adil telah diletakkan. Keberhasilan ini menjadi modal sosial yang berharga.