Editorial:
Gorontalo — Polemik pencantuman nama Gubernur Gorontalo pada medali Gorontalo Half Marathon (GHM) 2025 terus bergulir dan menjadi bahan perbincangan publik antara Pro dan Kontra. Meski klarifikasi teknis sudah disampaikan oleh panitia melalui Dinas Pemuda dan Olahraga, dinamika opini di masyarakat tetap berkembang luas dan liar,bahkan mulai menjurus pada narasi yang kurang adil dan Menyudutkan Gubernur.
Beberapa pihak menilai, sorotan berlebihan ini justru muncul karena tidak ada penjelasan yang tegas dari pihak yang paling tepat berbicara, yaitu tiga Juru Bicara Pemerintah Provinsi Gorontalo.
Hingga rilis ini diterbitkan, ketiganya belum mengeluarkan satu pun pernyataan resmi terkait polemik medali tersebut,Banyak Media Online maupun Netizen Belum mendapatkan Info yang pasti dan Mencerahkan Publik.
Ketiadaan respons inilah yang kemudian menimbulkan ruang kosong informasi, sehingga opini liar dan disinformasi berkembang tanpa kendali.
Di tengah derasnya kritik dan kontra publik, ketidakhadiran para juru bicara membuat sebagian warga menyindir bahwa jubir Pemprov “seperti kehilangan bibirnya sendiri.”
Padahal, dalam struktur komunikasi pemerintah, peran jubir adalah garda depan penjelasan dan penenang publik, terutama ketika persoalan sudah menyeret nama kepala daerah. Minimnya tanggapan dari pihak jubir justru memperbesar sorotan kepada Gubernur ,meski faktanya panitia sudah menjelaskan konteks teknis dan tidak ada unsur personal branding.
Sejumlah pemerhati kebijakan mengingatkan bahwa “diamnya jubir” dalam situasi seperti ini bisa berdampak pada persepsi, bukan hanya terhadap event, tetapi juga terhadap marwah lembaga pemerintah provinsi.
Dalam Dunia yang dimana Manusia kini hidup dalam era Postruth dan hyper Realitas serta Algoritma,Pencerahan informasi di Media adalah Hal Mutlak yang harus di laksanakan,Diam sama saja Membiarkan Api tambah Menyala dan Terbakar.