Di antara hamparan karung-karung beras yang tersusun rapat dan tumpukan jeriken minyak goreng, harapan itu terhamar nyata. Sabtu (15/11/2025) itu, Gudang Perum Bulog Gorontalo menjadi saksi bisu sebuah komitmen negara yang sedang dijalankan. Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail berdiri di tengah gudang, bukan hanya sebagai pejabat, melainkan sebagai penjaga amanah yang akan memastikan 118.153 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di provinsinya tak lagi risau memikirkan isi periuk nasi untuk dua bulan ke depan.
Angka-angka itu bukan sekadar statistik. 2.383 ton beras dan 472.612 liter minyak goreng adalah sebuah narasi kepedulian yang terukur. Setiap KPM akan menerima 20 kilogram beras dan 4 liter minyak goreng—sebuah paket yang lebih bermartabat dibanding periode sebelumnya yang hanya berisi beras. Peningkatan jumlah penerima dari 116 ribu menjadi 118.153 KPM pun bicara lebih keras: upaya inklusivitas terus diperlebar, menjangkau lebih banyak keluarga yang membutuhkan.
di balik hitungan matematis ini, terselip sebuah pesan yang lebih dalam. Gubernur Gusnar, dengan sikap rendah hati namun tegas, menyampaikan terima kasihnya kepada Presiden Prabowo. “Atas nama seluruh rakyat Gorontalo,” tandasnya, memberikan bobot legitimasi yang kuat pada ucapan itu. Ini bukan sekadar formalitas protokoler, melainkan pengakuan jujur dari seorang pemimpin daerah bahwa kebijakan pemerintah pusat telah menyentuh kebutuhan paling dasar warga Gorontalo .
Gubernur Gusnar segera menegaskan komitmennya: “Insya Allah kami bersama-sama seluruh Forkopimda Provinsi Gorontalo akan mendistribusikan bantuan ini sampai kepada yang berhak.” Di sini, kita menyaksikan sebuah transformasi—dari rasa syukur menjadi tanggung jawab. Truk-truk yang dilepasnya itu bukan hanya mengangkut bahan pangan, melainkan juga mengangkut kepercayaan yang harus ditunaikan hingga ke desa-desa terpencil.
Momen penyerahan simbolis kepada 10 perwakilan KPM mungkin terlihat seperti ritual biasa. Namun, dalam konteks yang lebih luas, ini adalah penegasan bahwa bantuan ini benar-benar akan sampai ke tangan mereka yang membutuhkan, bukan sekadar angka di atas kertas.
pemandangan di gudang Bulog hari itu mengajarkan kita tentang tata kelola pemerintahan yang ideal. Sebuah kebijakan yang lahir dari pusat kekuasaan, disambut dengan apresiasi oleh pemimpin daerah, dan diimplementasikan dengan penuh tanggung jawab. Dalam reruntuhan karung beras dan tumpukan minyak goreng itulah, janji konstitusi untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara menemukan bentuknya yang paling nyata. Dan untuk kali ini, di Gorontalo, janji itu tak hanya diucapkan, melainkan sedang diantarkan langsung ke rumah-rumah warga Gorontalo.