Editorial:
Dalam peta ekonomi Indonesia, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah lama diakui sebagai tulang punggung yang menyangga perekonomian nasional. Mereka bukan hanya penyerap tenaga kerja terbesar, tetapi juga cermin nyata dari denyut nadi ekonomi kerakyatan. Fenomena ini tergambar dengan jelas di Provinsi Gorontalo, di mana ruang reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) justru menjadi cermin bahwa aspirasi penguatan UMKM masih mendominasi suara masyarakat akar rumput. Seperti yang terlihat dalam reses Wakil Ketua DPRD Provinsi Gorontalo, Sulyanto Pateda, di Kelurahan Molosipat W, Kota Gorontalo, suara para pelaku usaha mikro dan kecil ini bukan sekadar keluhan, melainkan sebuah seruan sistematis untuk perhatian dan kebijakan yang lebih konkret.
Reses menjadi semacam “klinik aspirasi ekonomi”. Dominannya suara UMKM dalam setiap pertemuan tersebut mengindikasikan beberapa hal. Pertama, sektor ini adalah lapangan kerja dan sumber penghidupan utama bagi sebagian besar masyarakat. Kedua, terdapat jurang yang lebar antara potensi yang dimiliki UMKM dengan ekosistem pendukung yang mereka butuhkan untuk berkembang. Aspirasi yang mengemuka bukanlah tentang keinginan untuk memulai usaha, melainkan tentang bagaimana mempertahankan dan menumbuhkan usaha yang sudah ada.
Dalam kunjungannya ke Molosipat W, Sulyanto Pateda disambut oleh beragam persoalan klasik yang akrab di telinga para pelaku UMKM.
Dari sudut pandang ekonomi masyarakat, dominasi aspirasi UMKM ini menunjukkan bahwa sektor informal dan mikro ini berfungsi sebagai “jaring pengaman sosial” (social safety net). Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan keterbatasan lapangan kerja formal, UMKM menjadi katup penyelamat yang mencegah gelombang pengangguran dan kemiskinan yang lebih besar. Oleh karena itu, aspirasi mereka seharusnya tidak dipandang sebagai sekadar permintaan individu, melainkan sebagai sebuah sinyal tentang kesehatan ekonomi kerakyatan secara keseluruhan. Ketika UMKM bersuara, sesungguhnya seluruh struktur ekonomi dasar masyarakat sedang menyampaikan kondisinya.
Reses Sulyanto Pateda di kota Gorontalo menjadi sebuah momentum berharga. Momentum di mana abstraksi data statistik tentang UMKM mendapatkan wajah, suara, dan cerita. Aspirasi yang tertampung di Kelurahan Molosipat W dan daerah lainnya adalah peta jalan yang jelas bagi pembuat kebijakan. Ini adalah panggilan untuk mentransformasikan aspirasi menjadi kebijakan yang terukur, seperti program pendampingan permodalan yang inklusif, pelatihan manajemen dan digital marketing yang berkelanjutan, serta penyederhanaan birokrasi yang selama ini menjadi momok.
dominasi aspirasi UMKM dalam reses anggota DPRD Provinsi Gorontalo adalah sebuah pesan yang gamblang. UMKM bukanlah sektor marginal, melainkan arus utama ekonomi masyarakat. Mereka adalah nadi yang memompa kehidupan ekonomi hingga ke tingkat akar rumput.