
Editorial:
Gorontalo, sebuah provinsi di Sulawesi yang menyimpan pesona alam memukau, tengah menghadapi tantangan besar dalam sektor pariwisatanya. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah destinasi unggulan yang dahulu menjadi ikon andalan secara perlahan Rusak kehilangan daya tariknya. Pulau Cinta yang legendaris, Danau Limboto yang megah, serta berbagai potensi hutan dan gunung wisata, seolah tenggelam dalam bayang-bayang masa lalunya yang gemilang. Kondisi ini berimbas langsung pada progres kunjungan wisatawan, baik nasional maupun mancanegara, yang stagnan dan tidak menunjukkan lonjakan yang signifikan,Paling banyak turis transit ke Togian dan Luwuk Banggai dan hanya melihat Hiu Paus 1 hari saja. Berbeda dengan daerah lain seperti Sulut,Sulteng dan Lombok dimana Kunjungan wisatawannya Membludak.
Fenomena ini adalah sebuah alarm yang harus segera disikapi secara serius oleh Pemerintah Daerah. Kebangkitan destinasi-destinasi tersebut bukan hanya soal gengsi, melainkan sebuah langkah strategis untuk memacu pertumbuhan ekonomi regional melalui sektor pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Penyusutan daya tarik wisata di Gorontalo dapat dilacak dari beberapa faktor yang saling berkaitan. Pulau Cinta, yang namanya saja sudah memikat, menghadapi tantangan dalam hal Rusak Totalnya fasilitas. Begitu pula dengan Danau Limboto yang dikabarkan mengalami pendangkalan dan kerusakan Air dan masalah ekologis, mengurangi pesona alamiahnya yang dahulu. Sementara itu, potensi hutan dan gunung wisata belum dikelola secara optimal, baik dari segi infrastruktur pendukung seperti jalur pendakian yang aman dan informatif, maupun promosi yang masif. Akibatnya, destinasi-destinasi ini kalah bersaing dengan daerah lain yang lebih gencar dalam berinovasi dan mempromosikan keunikan alamnya. Dampaknya perputaran ekonomi di sektor hospitality, kuliner, dan usaha mikro di sekitar lokasi wisata menjadi lambat, menyurutkan pendapatan masyarakat lokal.
Menyikapi kondisi ini, Pemerintah Daerah memegang peran sentral sebagai katalisator dan fasilitator utama. Langkah pertama yang mendesak adalah melakukan revitalisasi menyeluruh. Ini bukan sekadar perbaikan fisik, tetapi pendekatan berbasis wisata berkelanjutan. Untuk Danau Limboto, upaya konservasi dan rehabilitasi ekosistem harus menjadi prioritas, dikombinasikan dengan pengembangan wisata edukasi seperti bird watching mengingat danau ini merupakan habitat bagi burung migran. Pulau Cinta dapat ditransformasi menjadi destinasi eco-friendly dengan membangun kembali Resornya yg hancur, memperbaiki dermaga, dan menata cottage yang harmonis dengan alam. Sementara itu, hutan dan gunung wisata perlu dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai dan aman, serta didukung oleh pelatihan bagi pemandu wisata lokal untuk meningkatkan kualitas layanan.
Kedua, inovasi dan diversifikasi produk wisata mutlak diperlukan. Gorontalo tidak boleh hanya mengandalkan keindahan alam pasif. Pemerintah dapat menggali dan mengintegrasikan kekayaan budaya Gorontalo yang unik, seperti tari tradisional, kerajinan tangan, dan kuliner khas, ke dalam paket wisata. Konsep wisata agro di perkebunan jagung atau kelapa juga dapat dikembangkan, menciptakan pengalaman wisata yang berbeda dan edukatif bagi pengunjung.
Ketiga, promosi yang agresif dan digital adalah kunci. Pemerintah harus memanfaatkan platform media sosial dan kerja sama dengan influencer untuk membangun narasi baru tentang Gorontalo. Cerita tentang proses revitalisasi, keautentikan budaya, dan keramahan masyarakat lokal dapat menjadi daya tarik kuat. Pemasaran yang terfokus dan berkelanjutan akan membangun kesadaran (awareness) dan minat (interest) baru di benak calon wisatawan.
Pada akhirnya, menghidupkan kembali destinasi wisata Gorontalo adalah sebuah investasi untuk kemakmuran rakyat. Sektor pariwisata yang bangkit akan menciptakan efek multiplier yang luas, membuka lapangan kerja, menggerakkan usaha kecil, dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Momentum ini harus ditangkap dengan komitmen politik yang kuat, anggaran yang memadai, dan kolaborasi yang erat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan langkah-langkah yang terencana dan berkelanjutan, Gorontalo tidak hanya akan mengembalikan kejayaan destinasi wisatanya, tetapi juga menempatkannya sebagai primadona baru pariwisata Indonesia yang berkualitas dan bertanggung jawab. Saatnya Gorontalo bangkit, untuk ekonomi yang lebih cerah dan masa depan yang lebih sejahtera.